Rabu, 06 Agustus 2014

Mbah Jiwo,sinden idola Bung Karno kini terbaring sebatang kara

Nama Mbah Jiwo atau Nyi Sudjirah (85) dimasa mudanya sangat terkenal di lingkungan Kraton Surakarta dan Kota Solo Raya. Mantan Abdi Dalem Swarawati Kraton Surakarta Hadiningrat tersebut dulunya mempunyai tugas mulia sebagai duta seni kraton. Sudjirah sering menjadi wanita idola kala itu.
Apalagi jika sedang mendendangkan alunan lagu-lagu jawa. Bahkan mantan Presiden Sukarno, Raja Keraton Surakarta Pakubuwono XII pun mengagumi keindahan suaranya. Sudjirah bahkan tak jarang, menjadi utusan Kraton Surakarta, untuk pentas ke luar negeri.
Kejayaan itu lambat laun menghilang saat Nyi Sudjirah berada pada usia renta. Dia kini tergolek sakit tak berdaya. Bahkan, tidak ada keluarga yang merawat di rumah yang terbuat dari bambu (gedheg) di kampung Wirengan RT 2 RW 4 Baluwarti, Pasar Kliwon, atau masih di dalam lingkungan kraton yang merupakan pecahan dinasti Mataram tersebut.

Saat merdeka.com berkunjung ke rumahnya, bersama PMI Solo dan Paguyuban Humas Hotel di Solo Raya, Senin (4/3), suasana haru sempat menyeruak. Mbah Jiwo, sang swarawati, tampak bersemangat menyambut kedatangan para pembesuk. Dengan terbata - bata Mbah Jiwo menjawab salam dan mengucapkan terima kasih diberi bantuan tali asih oleh rombongan.
Humas Palang Merah Indonesia (PMI) Solo, Sumartono Hadinoto yang memimpin rombongan mengatakan kunjungan tersebut untuk memberikan bantuan pada mbah Jiwo untuk meringankan sakitnya.
“Ini tadi spontanitas dari teman-teman wartawan, perhotelan dan PMI. Kami segera menindaklanjuti, setelah mengetahui kondisi simbah seperti ini. Kita periksa kesehatannya, dan kita langsung kirim ke RSUD Moewardi,” ujar Sumartono.
Menurut Sumartono, sosok mbah Jiwo sebagai budayawan yang pernah mengharumkan nama Indonesia di luar negeri, harus mendapat perhatian. Apalagi di masa tuanya, kondisinya sangat memprihatinkan. Masyarakat dan pemerintah lanjut Sumartono, seharusnya peduli untuk menyantuninya.
Pada masa kejayaannya Nyi Lurah Sudjirah atau Mbah Jiwo pernah menjadi Duta Seni. Nenek yang tergulai sakit tanpa ada keluarga yang merawat tersebut pernah mengikuti rombongan duta seni ke Hongkong, Jepang dan sejumlah negara di Eropa.
“Mbah Jiwo itu sudah lama hidup sebatang kara dan menderita sakit gula. Selama sakit warga di sini yang merawat. Kalau keluarganya, tidak ada yang peduli. Dia tak punya anak, suaminya sudah lama meninggal,” ujar Hary warga setempat.
Sementara Pravita Oktavia dari paguyuban Hotel Solo Raya mengaku prihatin dengan kondisi mbah Jiwo. Pemerintah dan Kraton seharusnya peduli dengan nasib Mbah Jiwo, yang pernah mengharumkan nama bangsa.
“Tadi mendengar kabar ini dari teman - teman wartawan. Kami akan berikan bantuan seadanya. Ada yang bawa, sprei, bantal, guling, selimut, peralatan mandi, pakaian dan lain-lain. Semoga bermanfaat buat beliau,” katanya.
(sumber: Merdeka Online)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar